Apa Teori Konseling Keluarga dan Sistemnya?

Adakalanya konflik dalam keluarga tumbuh tanpa disadari. Bahkan, masalah kecil yang dibiarkan bisa meledak kapanpun. Maka dari itu, memahami apa teori konseling keluarga menjadi langkah awal yang penting untuk menyusun relasi sehat antaranggota keluarga.

Secara umum, teori konseling keluarga membentuk kerangka kerja psikologis untuk menganalisis dan menyusun kembali pola interaksi keluarga. Konselor tidak hanya fokus pada individu, melainkan menata sistem hubungan yang saling berkaitan. Mengutip Verywell Mind, pendekatan sistemik ini mampu membuahkan perubahan menyeluruh, bukan parsial.

Teori ini tidak muncul begitu saja. Dulunya, pendekatan psikologi hanya berfokus pada individu. Namun, semenjak tahun 1950-an, pendekatan keluarga mulai dikembangkan. Sekiranya terus dikembangkan, teori ini akan semakin menyulut kesadaran bahwa hubungan adalah pondasi utama kesehatan mental.

Teori Konseling Ada Apa Saja

Teori konseling ada apa saja? Rupanya, ada beberapa pendekatan yang mendasari praktik konseling keluarga di berbagai belahan dunia. Setiap pendekatan memiliki cara sendiri dalam menangani konflik dan membentuk struktur hubungan.

Pertama, teori sistem keluarga oleh Murray Bowen. Pendekatan ini membangun pemahaman bahwa keluarga adalah sistem emosional yang saling terhubung. Kedua, ada terapi struktural yang mencetak struktur peran dan batasan agar keluarga lebih fungsional. Ketiga, terapi naratif yang memicu keluarga mengolah cerita hidup mereka menjadi narasi yang menyembuhkan.

Selanjutnya, teori strategik, yang melaksanakan teknik-teknik praktis agar keluarga bisa keluar dari pola komunikasi tidak sehat. Setidaknya, dengan teori-teori ini, konselor dapat mengelompokkan jenis intervensi yang dibutuhkan. Menurut Healthline, kombinasi pendekatan sering dilakukan agar hasil lebih efektif.

Diferensiasi Diri dalam Teori Bowen

Dalam teori sistem keluarga (family system theory) oleh Murray Bowen, apa yang dimaksud dengan diferensiasi diri? Ini adalah konsep yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk tetap tenang dan mandiri secara emosional, meski sedang berada di tengah tekanan hubungan keluarga.

Biasanya, orang yang memiliki diferensiasi diri tinggi dapat mengontrol reaksinya, membedakan antara pikiran dan emosi, serta tetap mempertahankan identitasnya tanpa harus memutus hubungan. Intinya, diferensiasi diri mendatangkan kekuatan emosional yang stabil dan tidak mudah terguncang.

Sebaliknya, orang dengan diferensiasi rendah cenderung larut dalam drama keluarga, atau justru menjauhkan diri secara ekstrem. Maka, salah satu tujuan terapi adalah membentuk individu yang tidak melepaskan koneksi, tapi juga tidak kehilangan arah pribadi. Berdasarkan The Bowen Center, konsep ini dianggap pilar dalam pengembangan kesehatan emosional keluarga.

Apa Teori Sistem Terapi Keluarga

Apa teori sistem terapi keluarga sebenarnya? Secara ringkas, ini adalah pendekatan yang melihat keluarga sebagai satu kesatuan sistem yang saling berpengaruh. Jika satu bagian sistem terganggu, maka bagian lain akan terdampak pula.

Teori ini mencetuskan ide bahwa masalah bukan disebabkan satu orang, melainkan pola komunikasi yang tidak berjalan sehat. Terapis bertugas menggubah dinamika itu agar menjadi lebih adaptif. Teknik yang biasa dipakai antara lain genogram, teknik pertanyaan sirkular, hingga reframing.

Faktanya, sistem keluarga yang tidak dikelola bisa mengakibatkan konflik berkepanjangan. Itulah mengapa konseling sering menyarankan pertemuan kelompok, agar bisa langsung membariskan perubahan dalam satu waktu. Konseling pun tidak melulu soal menyalahkan, melainkan menyusun ulang hubungan agar lebih sehat.

Selama proses terapi, terapis akan membantu keluarga menyelenggarakan peran, menyetel ekspektasi, dan menerapkan batasan yang jelas. Meskipun perubahan tidak bisa dicetak instan, pendeknya, sistem yang baik akan melahirkan keluarga yang lebih kuat, jua saling memahami.