Teori dan Ilmu pengetahuan
Istilah abnormal sering muncul dalam kajian psikologi dan kesehatan mental. Kata ini digunakan untuk menggambarkan perilaku atau pikiran yang berbeda dari norma masyarakat.
Biasanya, abnormal dikaitkan dengan kondisi yang mengganggu fungsi sosial, emosional, dan mental seseorang. Bahkan, konsep ini menjadi dasar penting dalam diagnosis gangguan jiwa.
Abnormal adalah segala bentuk perilaku atau pikiran yang menyimpang dari standar umum dan mengganggu kesejahteraan individu. Definisi ini bisa berbeda-beda tergantung pendekatan yang digunakan.
Menurut David Rosenhan, abnormal memiliki ciri seperti penderitaan, maladaptif, pelanggaran norma sosial, dan risiko terhadap diri sendiri maupun orang lain, berdasarkan informasi (Rosenhan, 1973). Diantaranya, penderita juga sering kali mengalami distress berkelanjutan.
Fungsi utama konsep abnormal dalam psikologi adalah sebagai kerangka untuk mengenali gangguan mental. Hal ini membantu para profesional dalam melaksanakan diagnosis dan terapi yang tepat.
Selain itu, penggunaan istilah ini juga mendatangkan standar etik untuk menilai kondisi psikis. Alhasil, intervensi bisa disesuaikan dengan kebutuhan klinis tiap individu.
Memahami konsep abnormal memiliki banyak manfaat praktis. Pertama, hal ini bisa memicu kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental.
Kedua, pengetahuan tersebut mendatangkan pemahaman yang lebih empatik terhadap orang dengan gangguan psikologis. Maka, stigma yang adakalanya muncul dapat dikurangi secara perlahan.
Dalam ilmu psikologi, teori abnormal berkembang sejak awal abad ke-20. Salah satu teori utama adalah pendekatan Four Ds: deviance, distress, dysfunction, dan danger.
Pendekatan ini mendefinisikan abnormal berdasarkan empat aspek tersebut, menurut Verywell Mind. Faktanya, jika keempatnya terjadi secara bersamaan, maka kemungkinan besar kondisi seseorang tergolong gangguan psikologis.
Contohnya, seseorang dengan gangguan bipolar akan menunjukkan perilaku yang ekstrem antara depresi dan euforia. Kadang-kadang, kondisi ini menyebabkan kerusakan hubungan sosial.
Contoh lainnya adalah OCD (Obsessive Compulsive Disorder) yang ditandai dengan dorongan melakukan ritual tertentu berulang-ulang. Maka, gangguan ini memengaruhi fungsi produktif penderita sehari-hari.
Ada berbagai faktor yang bisa menyebabkan timbulnya perilaku abnormal. Diantaranya adalah genetika, trauma masa kecil, tekanan hidup, dan gangguan neurobiologis.
Misalnya, seseorang yang mengalami kekerasan semasa kecil berisiko lebih tinggi mengembangkan gangguan kepribadian. Hal ini dikarenakan sistem saraf yang terganggu dapat menyebabkan stres jangka panjang.
Menariknya, definisi abnormal bisa berbeda tergantung latar budaya. Apa yang dianggap menyimpang dalam satu budaya, belum tentu dianggap abnormal di tempat lain.
Kesimpulannya, pendekatan terhadap abnormal harus mempertimbangkan faktor sosial dan lingkungan. Bahkan, World Health Organization pun mengakui perlunya pendekatan lintas budaya dalam diagnosis gangguan jiwa.
Daftar Pustaka:
Seringkali kita bertanya kenapa orang baik selalu tidak dihargai dalam kehidupan sehari-hari. Meski sudah melaksanakan…
Genetika adalah cabang ilmu biologi yang membahas pewarisan sifat dari satu generasi ke generasi berikutnya.…
Ilmu saraf adalah cabang ilmu pengetahuan yang membahas sistem saraf, struktur otak, dan fungsinya dalam…
Eksperimental adalah metode ilmiah yang digunakan untuk menguji hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih.…
Sensasi adalah proses awal dari persepsi yang membentuk pengalaman inderawi manusia terhadap dunia. Ketika kita…
Fenomena sosial zaman sekarang menunjukkan bahwa orang banyak duit lebih dihargai. Status ekonomi seakan menjadi…